"Masa Depan Cerah Mahasiswa Pertambangan"
Kumpulan pemuda-pemudi berjaket oranye itu
tampak gagah berjalan berombongan di dalm lingkungan sebuah kampus yang
tersohor, kawasan Bandung Utara. Wajah para pemuda-pemudi itu tampak cerah,
bersinar dengan rona memerah karena cuaca panas siang hari. Para pemudanya
tampak ganteng, sedangkan para pemudinya tampak cantik. Penampilan mereka
tampak penuh vitalitas dengan sebuah tas ransel yang tergantung di punggungnya.
Meskipun siang hari, jaket simbol persatuan dan keanggotaan dalam
himpunan mahasiswa itu tetap membungkus rapih tubuh para calon ilmuwan atau
ahli teknologi pengelolaan sumber alam yang terkandung di dalam perut Ibu
Pertiwi Indonesia Raya.
Ketika menjalani kuliah, mereka akan menikmati semua
fasilitas yang nyaman dan lebih dari cukup. Teman-teman orang tuanya dan
saudara-saudara pasti akan berdecak kagum atas prestasinya mampu duduk di
fakultas bergengsi di perguruan tinggi yang sudah terkenal di seantero
Indonesia. Sepengetahuan saya, berbagai macam beasiswa juga bisa diperoleh oleh
para mahasiswa ketika berkuliah. Beasiswa-beasiswa tersebut sebagian besar
berasal dari perusahaan-perusahaan pertambangan raksasa milik negara asing yang
melakukan eksplorasi penambangan di berbagai wilayah di Tanah Air Indonesia.
Ketika masa studi hampir berakhir, para mahasiswa
berjaket oranye itu dengan penuh semangat akan berkata: ‘Saya akan melamar
kerja di Freeport, Exxon Mobil, British Petroleum, Inco, atau Schlumberger !’.
Setidaknya begitulah cita-cita mereka yang pernah saya dengar saat saya ngobrol
dengan teman-teman seasrama yang mengambil jurusan studi di bidang
pertambangan, pada masa dua puluh lima tahun yang lalu.
Pikiran polos saya langsung memberikan reaksi
‘kagum’ terhadap cita-cita teman-teman saya yang terlihat sangat mudah dalam
meraih masa depan yang gemilang, penuh kemakmuran, kekayaan, dan karier bagus.
Mereka sangat antusias bekerja di perusahaan asing yang akan memberikan gaji
berupa mata uang ‘dollar’, fasilitas mess yang mewah bagaikan kamar hotel
berbintang lima, terbang pulang ke Jakarta menggunakan pesawat, serta dicukupi
kebutuhan hidupnya secara berlebihan.
Kemudian setelah saya membaca tulisan-tulisan
seputar kekayaan hasil tambang mineral Indonesia yang seluruhnya dimiliki oleh
orang asing, muncul pertanyaan di kepala saya: ‘Peran apakah yang dijalankan
oleh teman-teman saya yang dulu telah lulus menjadi sarjana tambang lalu
bekerja di perusahaan-perusahaan tambang raksasa milik negara asing tersebut?’.
Bila keberadaan pertambangan raksasa itu hanya
selalu melukai martabat Bangsa Indonesia dalam perjalanannya meniti jembatan
emas kemerdekaannya, menurut saya lebih baik lokasi-lokasi pertambangan itu
ditutup saja. Biarkan emas, tembaga, bahkan uranium yang masih terkandung di
perut bumi Papua, NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lainnya, yang
berpotensi menjadi incaran negara asing, tetap terkubur selama-lamanya hingga
anak-cucu kita tidak akan pernah mendengar lagi cerita sedih dari riwayat masa
lalu negerinya yang berkaitan dengan beroperasinya perusahaan raksasa Amerika,
Inggris, Kanada, Perancis, mengeruk kekayaan negeri ini.
8 September 2012.
Sigit Priyadi -
KompasianerLink: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/09/07/masa-depan-cerah-mahasiswa-pertambangan/